KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
membuat tugas ini dengan sebaik-baiknya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu guru yang mengajar Sejarah di
kelas X.3 yaitu Ibu Murniati, karena atas bimbingan Ibu Guru kami dapat membuat
tugas ini dengan baik. kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih terdapat
beberapa kekurangan. Untuk itu kami harap Bapak guru dapat memberikan kritik
dan saran, agar tugas ini dapat menjadi lebih sempurna, dan juga bermanfaat
bagi pembaca.
Sekian
dan Terima Kasih
Om Santih, Santih, Santih Om
Gianyar, 8 Januari 2011
Penulis
LATAR BELAKANG
Kepulauan
Indonesia, pada zaman kuno terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat
perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan
internasional ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan
sejarah kuno Indonesia. Kehadiran orang India di kepulauan Indonesia memberikan
pengaruh yang sangat besar pada perkembangan di berbagai bidang di wilayah
Indonesia. Hal itu
terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu
proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang
lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali
masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama. Berbagai contoh akulturasi
tersebut dapat kita lihat dalam berbagai segi bidang kehidupan. Namun, tanpa
kita sadari bahwa berbagai corak percampuran tersebut sudah dapat kita temukan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui tugas ini kami ingin membangkitan
kembali mengenai kesadaran kita tentang budaya pra-sejarah bangsa ini indonesia
terutama leluhur yang telah mewariskan kebudayaan kepada kita saat ini.
RUMUSAN MASALAH
-
Bagaimana pengaruh kebudayaan Asia di Indonesia?
-
Bagaimana persebaran kebudayaa Asia di Indonesia?
-
Bagaimana contoh-contoh peninggalan kebudayaan Asia di Indonesia?
TUJUAN
Tujuan pebuatan tugas ini dapat kami
bedakan menjadi 2, yaitu :
1.
Tujuan khusus, yaitu : memenuhi persyaratan penilaian
bidang studi sejarah.
2.
Tujuan umum, yaitu : menyadarkan dan mengingatkan kembali
mengenai perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia pada zaman pra-sejarah.
Pengaruh
Budaya Vietnam bagi budaya bangsa Indonesia pada Masyarakat Prasejarah
Indonesia
Masuknya
kebudayaan beberapa negara
Asia merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan
masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan Dongson,
Kebudayaan Bacson-Hoabinh,
Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan
Bacson-Hoabinh, Kebudayaan
Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.
A. BUDAYA BACSON-HOABINH
Kebudayaan
ini diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM. Awalnya
masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunakan alat
dari gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600
SM mengalami dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi
sebagai alat pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan
ada yang berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling
dari berbagai ukuran, dan
alat-alat dari tulang
yang ditemukan dalam penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.
Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an
untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas
pada satu/ dua sisi permukaannya.
Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di
daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan,
Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah
Lhokseumawe dan Medan.
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak pendek membawa
kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan pra-sejarah di
pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang menunjukkan kebudayaan Mesolitikum, dimana
kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Diantara kapak tersebut terdapat
jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek. Mme Madeline Colani, seorang ahli pra-sejarah
Perancis memberi nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat kebudayaan Asia
Tenggara, dari daerah
tersebut kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya
(Malaysia Barat) dan Thailand.
B. BUDAYA DONG SON
Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan
Sungai Merah, sedangkan
masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan pada tahun 40.000 SM- 500
SM. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000 SM-300
SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis kebudayaan Megalithikum , Mesolitikum, Neolithikum, dan
kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan tersebut:
1. Jalur
Barat, dengan
peninggalan berupa kapak persegi
2. Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan
kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa,
Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
Di sebuah kota kuno yang bernama Tonkin
tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoide dan Europaeide. Selain itu ada jenis Mongoloid dan
australoid, bangsa bangsa
tersebut antara lain :
1. Bangsa Papua Melanosoide( ras negroid ) atau Bangsa
Melanesia , merupakan
bangsa yang daerah penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang ( Vietnam / Indocina ),
Indonesia hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki
kebudayaan Mesolitikum yang belum di asah (pebbles).
2. Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa
yang memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah
diasah).
3. Bangsa Austronesia, merupakan
percampuran dari bangsa Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa
ini tersebar ke seluruh Kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada
di Asia Tenggara. Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500
SM-500 SM di kawasan Sungai Ma, Vietnam. Daerah ini
merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara dan disini ditemukan
segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa
itu. Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu
Semenanjung Malaya
sedangkan pembawa kebudayaan ini adalah bangsa Austronesia. Cara pembuatan
benda - benda pada budaya Dong Son
dengan menggunakan teknik
cetak lilin. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat
penyelidikan yang pertama.
Di daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat
perunggu yang diperkirakan
berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat
di Indonesia. Benda - benda perunggu
telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong dan ujung tombak,
sabit bercorong, ujung tombok bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil
lainnya.
Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui
berbagai hasil kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara
ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar
yaitu di daerah Pejeng sedangkan
Moko ditemukan di Pulau Alor. Nekara merupakan perlengkapan upacara
persembahan yang dilakukan masyarakat pra-sejarah,
dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan
kebudayaan saat itu. Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah
Indonesia dan nekara
terbanyak ditemukan di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan.
Nekara penting yang
ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat
Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian dianasti
Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah). Selain nekara
ditemukan juga benda-benda perunggu lainnya seperti patung-patung,
peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan.
Bagi Indonesia, penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat penting, hal ini
dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya
bercorak Dong Son, bukan mendapat pengaruh budaya logam dari Cina maupun
India. Hal ini
terlihat dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang digunkan, contoh: Nekara
Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di
Vietnam, dimana nekara ini memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar
bergambar manusia, hewan dan pola geometris.
Fungsi
dari benda benda pada kebudayaan Dong Son adalah untuk tukar menukar dan
perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah dari perunggu sebagai
komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol kemewahan dan alat-alat
sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.
Pendapat tentang
kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap :
- Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih
sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
- Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM,
merupakan kebudayaan kapak sepatu, Nekara,
dan candrasa.
Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan
terbaginya kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:
- Kebudayaan Melayu Tua (Proto Melayu) di masyarakat Dayak
Pedalaman
- Kebudayaan Melayu Muda (Deutero
Melayu) di masyarakat Bali Aga dan Lombok
C. BUDAYA SA HUYN
Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600
SM-1 M. Pada
dasarnya kebudayaan ini merupakan
kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson. Karena peralatan
yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son. Teknologi pembuatan peralatan
besi yang diperkenalkan ke daerah Sa Huynh berasal dari daerah Cina. Benda
perunggu yang ditemukan di daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti
gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang
langka dan kawat perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan
berbagai manik-manik Carnelian (bundar, berbentuk cerutu) dan ditemukan
alat-alat dari perunggu seperti bejana kecil, selain itu terdapat gelang-gelang
dan perhiasan-perhiasan.
Budaya Sa Huynh
ditemukan di kawasan pantai Vietnam
Tengah ke Selatan sampai
lembah sungai Mekong. Budaya Sa Huynh
ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang
berbahasa Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari
kepulauan Indonesia.
Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur
tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut
adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia
sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya
yang lain.
Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di
Sa Huynh memiliki persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut
Sulawesi. Kebudayaan
Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti
sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit,
pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan gelang berbentuk spiral.
Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan
benda-benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan
penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130 nekara
yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990. Benda-benda
perunggu yang tersebar ke wilayah Indonesia melalui 2 jalur, yaitu:
a. Jalur darat :
Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b. Jalur laut
: Menyeberang
lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia
Pengaruh Budaya India bagi budaya bangsa Indonesia pada Masyarakat Prasejarah
Indonesia
Orang India
menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta
dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada abad 1-5 M
di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat
dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan
tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga
Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India, hal ini menyebabkan
masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat
Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama
Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat
pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dan lain lain.
Transfer
kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra sejarah setelah
tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalur maritim
melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudian lebih
dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan
kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.
Kebudayan
Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan
antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan perdagangan
Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan
Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin
sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi
proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran
budaya India tersebut menyebabkan:
a.
Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat
Indonesia
b.
Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
c.
Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang
menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
d.
Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada
kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan
tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam
perkembangan masyarakat prasejarah sekarang
telah menjadi masyarakat sejarah.
Pengaruh Indonesia yang sampai India :
1. Perahu bercadik milik bangsa Indonesia
mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell)
2. Kelapa
asli dari Indonesia yang dijadikan barang yang
diperdagangan sampai di India.
Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan adanya:
1. Arca
Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam
seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).
2. Selain
itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit
Siguntang, Sumatera Selatan.
3. Ditemukan
arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara.
Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia
antara lain terlihat dalam bidang :
1. Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan
begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya
tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal
baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap. Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:
Seni Bangunan
Akulturasi
dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan
candi. Di India, candi
merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai
tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan
abu jenazah sang raja yang telah meninggaldalam artian candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan
tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:
i. Candi
Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
ii. Candi
Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan.
iii. Candi
Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.
Di
atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan
perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara
fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di
Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak,
yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini dapat
dilihat pada bangunan candi Borobudur.
Seni rupa, dan seni ukir.
Akulturasi
dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan
pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi
Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang Budha tetapi juga terdapat
relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang
menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang
bangsa Indonesia pada masa itu.
Seni Hias
Unsur-unsur
India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan
secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh
hiasan : gelang, cincin, manik-manik.
Aksara/tulisan
Berdasarkan
bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti (abad 5 M) tampak
bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf
Pallawa dan bahasa Sansekerta.
Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760
M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa
Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.
Kesusastraan
Setelah
kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang
jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India.
Berdasarkan isinya, kesusastraan
tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab
wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai
masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti
Negarakertagama.
Bentuk
wiracarita ternyata
sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah
India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha
yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra,
terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan
seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan
wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam
pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli
Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia
seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong dan dari semua tokoh-tokoh
ini tidak ada yang ditemukan di India.
2. Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal
sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di
suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih
sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat
membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi
maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya
pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah
oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan
di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan
segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah.
Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh.
Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.
3. Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti
perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima
dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu
disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri. Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para
pelanggar peraturan atau undang-undang juga
diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah
teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam
perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam
masyarakat (mulai mengenal sistem kasta).
4.
Kepercayaan
Sebelum pengaruh India
berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan,
yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar. Ketika agama
dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan
berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun
unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha
bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi
candi di Indonesia.
Semua pengaruh India
tersebut sejalan dengan pendapat JL A. Brandes bahwa masyarakat disini telah
memiliki 10 kepandaian seperti :
1. Telah dapat membuat figur boneka,
2. Mengembangkan seni hias ornament,
3. Mengenal pengecoran logam,
4. Melaksanakan perdagangan barter,
5. Mengenal instrumen music,
6. Memahami astronomi,
7. Menguasai teknik navigasi dan
pelayaran,
8. Menggunakan tradisi lisan dalam
menyampaikan pengetahua,
9. Menguasai teknik irigasi, dan
10. Telah mengenal tata masyarakat yang
teratur.
PENUTUP
Simpulan
Kebudayaan Asia merupakan
salah satu kebudayaan tertua yang dapat tersebar di wilayah kepulauan Indonesia
walaupun dengan bentuk yang berbeda beda. Tapi berkat kepedulian leluhur
terhadap kita maka berbagai peninggalan kebudayaan tesebut masih bisa kita
jumpai sampai saat ini.
Saran
Semoga melalui tugas ini,
kita bisa lebih menghargai, melestarikan dan menjaga hasil kebudayaan Asia
sebagai salah satu warisan dari leluhur yang berada di wilayah Indonesia.
Daftar Pustaka
Paket Sejarah untuk kelas XI IPS, Dwi
Ari,Jakarta: Pusat Perbukuan 2009
Silahkan coment yang sopan ....