25 Mei 2014

Pengaruh India dan Asia di Indonesia



KATA PENGANTAR



Om Swastyastu,

            Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat membuat tugas ini dengan sebaik-baiknya.
           
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu guru yang mengajar Sejarah di kelas X.3 yaitu Ibu Murniati, karena atas bimbingan Ibu Guru kami dapat membuat tugas ini dengan baik. kami menyadari bahwa dalam tugas ini masih terdapat beberapa kekurangan. Untuk itu kami harap Bapak guru dapat memberikan kritik dan saran, agar tugas ini dapat menjadi lebih sempurna, dan juga bermanfaat bagi pembaca.


Sekian dan Terima Kasih

Om Santih, Santih, Santih Om



Gianyar, 8 Januari 2011



Penulis


LATAR BELAKANG

Kepulauan Indonesia, pada zaman kuno terletak pada jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan internasional ini memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan sejarah kuno Indonesia. Kehadiran orang India di kepulauan Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar pada perkembangan di berbagai bidang di wilayah Indonesia. Hal itu terjadi melalui proses akulturasi kebudayaan, yaitu proses percampuran antara unsur kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain sehingga terbentuk kebudayaan yang baru tanpa menghilangkan sama sekali masing-masing ciri khas dari kebudayaan lama. Berbagai contoh akulturasi tersebut dapat kita lihat dalam berbagai segi bidang kehidupan. Namun, tanpa kita sadari bahwa berbagai corak percampuran tersebut sudah dapat kita temukan dalam kehidupan kita sehari-hari. Melalui tugas ini kami ingin membangkitan kembali mengenai kesadaran kita tentang budaya pra-sejarah bangsa ini indonesia terutama leluhur yang telah mewariskan kebudayaan kepada kita saat ini.


RUMUSAN MASALAH

-         Bagaimana pengaruh kebudayaan Asia di Indonesia?
-         Bagaimana persebaran kebudayaa Asia di Indonesia?
-         Bagaimana contoh-contoh peninggalan kebudayaan Asia di Indonesia?



TUJUAN

            Tujuan pebuatan tugas ini dapat kami bedakan menjadi 2, yaitu :

1.    Tujuan khusus, yaitu : memenuhi persyaratan penilaian bidang studi sejarah.
2.    Tujuan umum, yaitu : menyadarkan dan mengingatkan kembali mengenai perkembangan kebudayaan bangsa Indonesia pada zaman pra-sejarah.





Pengaruh Budaya Vietnam bagi budaya bangsa Indonesia pada Masyarakat Prasejarah Indonesia

Masuknya kebudayaan beberapa negara Asia merupakan salah satu faktor yang membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat di Indonesia. Kebudayaan tersebut yaitu Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa Huynh, dan Kebudayaan India. Kebudayaan Dongson, Kebudayaan Bacson-Hoabinh, Kebudayaan Sa Huynh terdapat di daerah Vietnam bagian Utara dan Selatan.


A. BUDAYA BACSON-HOABINH

Kebudayaan ini diperkirakan berasal dari tahun 10.000 SM-4000 SM, kira-kira tahun 7000 SM. Awalnya masyarakat Bacson-Hoabinh hanya menggunakan alat dari gerabah yang sederhana berupa serpihan-serpihan batu tetapi pada tahun 600 SM mengalami dalam bentuk batu-batu yang menyerupai kapak yang berfungsi sebagai alat pemotong. Bentuknya ada yang lonjong, segi empat, segitiga, dan ada yang berbentuk berpinggang. Ditemukan pula alat-alat serpih, batu giling dari berbagai ukuran, dan alat-alat dari tulang yang ditemukan dalam  penggalian di pegunungan batu kapur di daerah Vietnam bagian utara, yaitu di daerah Bacson pegunungan Hoabinh.

Istilah Bacson-Hoabinh digunakan sejak tahun 1920-an untuk menunjukkan tempat pembuatan alat-alat batu yang memiliki ciri dipangkas pada satu/ dua sisi permukaannya. Di Indonesia, alat-alat dari kebudayaan Bacson-Hoabinh dapat ditemukan di daerah Sumatera, Jawa (lembah Sungai Bengawan Solo), Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi sampai ke Papua (Irian Jaya). Di Sumatera letaknya di daerah Lhokseumawe dan Medan.
 
Penyelidikan tentang persebaran kapak Sumatera dan kapak pendek membawa kita melihat daerah Tonkin di Indocina dimana ditemukan pusat kebudayaan pra-sejarah di pegunungan Bacson dan daerah Hoabinh yang menunjukkan kebudayaan Mesolitikum, dimana kapak-kapak tersebut dikerjakan secara kasar. Diantara kapak tersebut terdapat jenis pebbles yaitu kapak Sumatera dan kapak pendek. Mme Madeline Colani, seorang ahli pra-sejarah Perancis memberi nama alat-alat tersebut sebagai kebudayaan Bacson-Hoabinh. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa Tonkin merupakan pusat kebudayaan Asia Tenggara, dari daerah tersebut kebudayaan ini sampai ke Indonesia melalui Semenanjung Malaya (Malaysia Barat) dan Thailand.


B. BUDAYA DONG SON

Masyarakat Dongson hidup di lembah Sungai Ma, Ca, dan Sungai Merah, sedangkan masyarakat Sa Huynh hidup di Vietnam bagian Salatan pada tahun 40.000 SM- 500 SM. Proses migrasi ke tiga kebudayaan tersebut berlangsung antara 2000 SM-300 SM. Menyebabkan menyebarnya migrasi berbagai jenis kebudayaan Megalithikum , Mesolitikum, Neolithikum, dan kebudayaan Perunggu. Terdapat 2 jalur penyebaran kebudayaan tersebut:

1.   Jalur Barat, dengan peninggalan berupa kapak persegi
2.   Jalur Timur, dengan ciri khas peninggalan kebudayaan kapak lonjong. Pada zaman perunggu, kapak lonjong ditemukan di Formosa, Filipina, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya.
                                                                                                                               
     Di sebuah kota kuno yang bernama Tonkin tinggal 2 jenis bangsa, yaitu Papua Melanosoide dan Europaeide. Selain itu ada jenis Mongoloid dan australoid, bangsa bangsa tersebut antara lain :

1.   Bangsa Papua Melanosoide( ras negroid ) atau Bangsa Melanesia  , merupakan bangsa yang daerah penyebarannya paling luas, meliputi Hindia Belakang ( Vietnam / Indocina ), Indonesia hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Bangsa ini memiliki kebudayaan Mesolitikum yang belum di asah (pebbles).
2.   Bangsa Mongoloid, merupakan bangsa yang memiliki kebudayaan yang lebih tinggi, yaitu proto-neolitikum (sudah diasah).
3.   Bangsa Austronesia, merupakan percampuran dari bangsa Melanesoid dan Europaeide. Pada zaman Neolitikum bangsa ini tersebar ke seluruh Kepulauan Indonesia.

Kebudayaan Dongson merupakan kebudayaan perunggu yang ada di Asia Tenggara. Diperkirakan kebudayaan ini berlangsung pada tahun 1500 SM-500 SM  di kawasan Sungai Ma, Vietnam. Daerah ini merupakan pusat kebudayaan perunggu di Asia Tenggara dan disini ditemukan segala macam alat-alat perunggu, alat-alat dari besi serta kuburan dari masa itu. Kebudayaan Dongson sampai ke Indonesia melalui jalur Barat yaitu Semenanjung Malaya sedangkan pembawa kebudayaan ini adalah  bangsa Austronesia. Cara pembuatan benda - benda pada budaya Dong Son dengan menggunakan teknik cetak lilin. Dongson adalah nama daerah di Tonkin, merupakan tempat penyelidikan yang pertama.
      
Di daerah tersebut pada tahun 1920 ditemukan alat-alat perunggu yang diperkirakan berkaitan dengan kebudayaan Yunan, sebelah barat daya Cina, dan berbagai tempat di Indonesia. Benda - benda perunggu telah ada sebelum tahun 500 SM terdiri atas kapak corong dan ujung tombak, sabit bercorong, ujung tombok bertangkai, mata panah, dan benda-benda kecil lainnya.
      
Kebudayaan Dongson di Indonesia diwujudkan melalui berbagai hasil kebudayaan perunggu, nekara, dan alat besi. Di Indonesia nekara ditemukan di Selayar, Sulawesi Selatan. Di Bali ditemukan nekara yang terbesar yaitu di daerah Pejeng sedangkan Moko ditemukan di Pulau Alor. Nekara merupakan perlengkapan upacara persembahan yang dilakukan masyarakat pra-sejarah, dimana pada nekara tersebut terdapat hiasan mengenai sistem kehidupan dan kebudayaan saat itu. Kurang lebih 56 Nekara dapat ditemukan di beberapa wilayah Indonesia dan nekara terbanyak ditemukan  di Sumatera, Jawa, dan Maluku Selatan.

Nekara penting yang ditemukan di Indonesia adalah nekara Makalaman dari Pulau Sangeang dekat Sumbawa dengan hiasan gambar orang-orang berseragam menyerupai pakaian dianasti Han (Cina)/ Kushan (India Utara)/ Satavahana (India Tengah). Selain nekara ditemukan juga benda-benda  perunggu lainnya seperti patung-patung, peralatan rumah tangga, peralatan bertani maupun perhiasan-perhiasan.

Bagi Indonesia, penemuan benda kebudayaan Dong Son sangat penting, hal ini dikarenakan benda-benda logam yang ditemukan di wilayah Indonesia pada umumnya bercorak Dong Son, bukan  mendapat pengaruh budaya logam dari Cina maupun India. Hal ini terlihat dari kesamaan corak hiasan dari bahan-bahan yang digunkan, contoh: Nekara Tipe Heger I memiliki kesamaan dengan nekara yang paling bagus dan tua di Vietnam, dimana nekara ini memiliki lajur hiasan yang disusun mendatar bergambar manusia, hewan dan pola geometris.

Fungsi dari benda benda pada kebudayaan Dong Son adalah untuk tukar menukar dan perdagangan antar masyarakat dengan alat-alat gerabah dari perunggu sebagai komoditi barter. Selain itu, sebagai objek dari simbol kemewahan dan alat-alat sakti yang dapat mendatangkan kekuatan gaib.

 Pendapat tentang kebudayaan Dongson, sampai kepulauan Indonesia terbagi dalam 2 tahap :

-   Zaman Neolithikum, berlangsung kurang lebih sejak 2000 SM, merupakan zaman batu tulis, zaman kebudayaan kapak persegi
-   Zaman Perunggu, kurang lebih sejak 500 SM, merupakan kebudayaan kapak sepatu, Nekara, dan candrasa.
      
Penyebaran kebudayaan Dongson tersebut menyebabkan terbaginya kebudayaan di Indonesia menjadi 2, yaitu:

-   Kebudayaan  Melayu Tua (Proto Melayu) di masyarakat Dayak Pedalaman
     -    Kebudayaan Melayu Muda (Deutero Melayu) di masyarakat Bali Aga dan Lombok

C. BUDAYA SA HUYN

Kebudayaan Sa Huynh diperkirakan berlangsung tahun 600 SM-1 M. Pada dasarnya kebudayaan ini merupakan kebudayaan yang mirip dengan Kebudayaan Dongson. Karena peralatan yang banyak dipakai dalam kebudayaan Sa Huynh adalah dari kebudayaan Dong Son. Teknologi pembuatan peralatan besi yang diperkenalkan ke daerah Sa Huynh berasal dari daerah Cina. Benda perunggu yang ditemukan di daerah Sa Huynh berupa beberapa perhiasan, seperti gelang, lonceng, dan bejana-bejana kecil. Ditemukan pula manik-manik emas yang langka dan kawat perak serta manik-manik kaca dari batu agate bergaris dan berbagai manik-manik Carnelian (bundar, berbentuk cerutu) dan ditemukan alat-alat dari perunggu seperti bejana kecil, selain itu terdapat gelang-gelang dan perhiasan-perhiasan.

Budaya Sa Huynh ditemukan di kawasan pantai Vietnam Tengah ke Selatan sampai lembah sungai Mekong. Budaya Sa Huynh ada di Vietnam bagian Selatan didukung oleh suatu kelompok penduduk yang berbahasa Austronesia (Cham) yang diperkirakan berasal dari kepulauan Indonesia.

Kebudayaan Sa Huynh diketahui melalui penemuan kubur tempayan (jenazah dimasukkan ke dalam tempayan besar). Penguburan tersebut adalah adat kebiasan yang dibawa oleh orang-orang Cham ke kepulauan Indonesia sebab penguburan dengan cara ini bukan merupakan budaya Dong Son maupun budaya yang lain.

Kebudayaan dalam bentuk tempayan kubur yang ditemukan di Sa Huynh memiliki persamaan dengan tempayan kubur yang ditemukan di Laut Sulawesi. Kebudayaan Sa Huynh yang ditemukan meliputi berbagai alat yang bertangkai corong seperti sikap, tembilang, dan kapak. Namun ada pula yang tidak bercorong seperti sabit, pisau bertangkai, kumparan tenun, cincin, dan gelang berbentuk spiral.

Meskipun hubungan langsung dengan pusat-pusat pembuatan benda-benda perunggu di daerah Dong Son sangat terbatas terbukti dengan penemuan 7 buah nekara tipe Heger I di daerah Selatan Vietnam dari 130 nekara yang berhasil ditemukan hingga tahun 1990. Benda-benda perunggu yang tersebar ke wilayah Indonesia melalui 2 jalur, yaitu:

a.   Jalur darat :  Muangthai dan Malaysia terus ke kepulauan Indonesia
b.   Jalur laut : Menyeberang lautan dan terus tersebar di daerah kepulauan Indonesia




Pengaruh Budaya India bagi budaya bangsa Indonesia pada Masyarakat Prasejarah Indonesia

Orang India menyebarkan kebudayaannya melalui hasil karya sastra, yang berbahasa Sansekerta dan Tamil yang berkembang di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia. Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India, hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dan lain lain.

Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya pra sejarah setelah tahun 500 SM. Penyebarannya melalui proses perdagangan, yaitu jalur maritim melalui kawasan Malaka. Jalur perdagangan antar bangsa tersebut kemudian lebih dikenal dengan jalur Sutera. Bukti arkeologisnya ditemukan manik-manik berbahan kaca dan serpihan-serpihan kaca yang bertuliskan huruf Brahmi.

Kebudayan Indonesia pada zaman kuno mempunyai fungsi strategis dalam jalur perdagangan antara dua pusat perdagangan kuno, yaitu India dan Cina. Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina. Dimana hubungan perdagangan Indonesia India telah terjalin sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan. Penyebaran budaya India tersebut menyebabkan:

a.    Tersebarnya agama Hindu-Budha di kalangan masyarakat Indonesia
b.    Dikenalnya sistem pemerintahan kerajaan
c.    Dikenalnya bahasa Sansekerta dan Huruf Pallawa yang menandai masuknya zaman sejarah bagi masyarakat kepulauan Indonesia
d.    Budaya India tersebut meninggalkan pengaruhnya pada kehidupan masyarakat prasejarah Indonesia terutama pada seni ukir, pahat, dan tulisan.
Kebudayaan India yang memegang peranan penting dalam perkembangan masyarakat prasejarah sekarang telah menjadi masyarakat sejarah. Pengaruh Indonesia yang sampai India :

1.   Perahu bercadik milik bangsa Indonesia mempengaruhi penggunaan perahu bercadik di India Selatan (Menurut Hornell)
2.     Kelapa asli dari Indonesia yang dijadikan barang yang diperdagangan sampai di India.

Pengaruh India di Indonesia dapat dilihat dengan adanya:

1.      Arca Buddha dari Perunggu di Sempaga, Sulawesi Selatan, yang memperlihatkan langgam seni Amarawati (India Selatan pada Abad 2-5 SM).
2.     Selain itu ditemukan arca sejenis di daerah Jember, Jawa Timur, dan daerah Bukit Siguntang, Sumatera Selatan.
3.     Ditemukan arca Budha di Kutai, yang berlanggam seni arca Gunahasa, di India Utara.

Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang :

1.      Budaya

Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap. Pengaruh kebudayaan India dalam kebudayaan Indonesia tampak pada:

Seni Bangunan

                   Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggaldalam artian  candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.

Contohnya:

             i. Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan.
           ii. Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di  perabukan.
          iii. Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan.

                   Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.




Seni rupa, dan seni ukir.

         Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang Budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

Seni Hias

                   Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia. Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

Aksara/tulisan

                   Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti (abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.

Kesusastraan

                   Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.

                   Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).

                   Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong dan dari semua tokoh-tokoh ini tidak ada yang ditemukan di India.

2.  Pemerintahan

                    Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
                 
                                Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3.  Sosial

Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri. Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang  juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong. Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta).

4.    Kepercayaan

               Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar. Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

                     Semua pengaruh India tersebut sejalan dengan pendapat JL A. Brandes bahwa masyarakat disini telah memiliki 10 kepandaian seperti :

1.    Telah dapat membuat figur boneka,
2.    Mengembangkan seni hias ornament,
3.    Mengenal pengecoran logam,
4.    Melaksanakan perdagangan barter,
5.    Mengenal instrumen music,
6.    Memahami astronomi,
7.    Menguasai teknik navigasi dan pelayaran,
8.    Menggunakan tradisi lisan dalam menyampaikan pengetahua,
9.    Menguasai teknik irigasi, dan
10. Telah mengenal tata masyarakat yang teratur.

 PENUTUP

Simpulan

Kebudayaan Asia merupakan salah satu kebudayaan tertua yang dapat tersebar di wilayah kepulauan Indonesia walaupun dengan bentuk yang berbeda beda. Tapi berkat kepedulian leluhur terhadap kita maka berbagai peninggalan kebudayaan tesebut masih bisa kita jumpai sampai saat ini.

Saran

Semoga melalui tugas ini, kita bisa lebih menghargai, melestarikan dan menjaga hasil kebudayaan Asia sebagai salah satu warisan dari leluhur yang berada di wilayah Indonesia.


Daftar Pustaka



Paket Sejarah untuk kelas XI IPS, Dwi Ari,Jakarta: Pusat Perbukuan 2009

Silahkan coment yang sopan ....