16 Jul 2011

Filum Platyhelminthes

Filum Platyhelminthes

Platyhelminthes (dalam bahasa yunani, platy = pipih, helminthes = cacing) atau cacing pipih (Flat Worm) adalah kelompok hewan yang struktur tubuhnya sedah lebih maju dibandingkan porifera dan Coelenterata .Tubuh Platyhelminthes memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), yaitu ekstoderm, mesoderm, dan endoderm.

Ciri tubuh Platyhelminthes meliputi ukuran, bentuk, struktur, dan fungsi tubuh.

Ukuran dan bentuk tubuh

Platyhelminthes memiliki ukuran tubuh beragam, dari yang berukuran hampir microskopis hingga yang panjangnya 20 cm.Tubuh Platyhelminthes simetris bilateral dengan bentuk pipih. Diantara hewan simetris bilateral, Platyhelminthes memiliki tubuh yang paling sederhana.

Struktur dan fungsi tubuh

Platyhelminthes tidak memiliki rongga tubuh (selom) sehingga disebut hewan aselomata.Sistem pencernaan terdiri dari mulut, faring, dan usus (tanpa anus) . Usus bercabang-cabang ke seluruh tubuhnya.Platyhelminthes tidak memiliki sistem peredaran darah (sirkulasi) . Platyhelminthes juga tidak memiliki sistem respirasi dan eksresi. Pernapasan dilakukan secara difusi oleh seluruh sel tubuhnya . Proses ini terjadi karena tubuhnya yang pipih . Sistem eksresi pada kelompok Platyhelminthes tertentu berfungsi untuk menjaga kadar air dalam tubuh . Kelompok Platyhelminthes tertentu memiliki sistem saraf tangga tali . Sistem saraf tangga taki terdiri dari sepasang simpul saraf (ganglia) dengan sepasang tali saraf yang memanjang dan bercabang-cabang melintang seperti tangga . Organ reproduksi jantan (testis) dan organ betina (Ovarium) . Memiliki basil isap (sucker)

Platyhelminthes terdapat dalam satu individu sehingga disebut hewan hemafrodit . Alat reproduksi terdapat pada bagian ventral tubuh.

Cara hidup dan habitat

Platyhelminthes ada yang hidup bebas maupun parasit . Platyhelminthes yang hidup bebas memakan hewan-hewan dan tumbuhan kecil atau zat organik lainnya seperti sisa organisme . Platyhelminthes parasit hidup pada jaringan atau cairan tubuh inangnya . Habitat Platyhelminthes yang hidup bebas adalah di air tawar, laut, dan tempat-tempat yang lembap . Platyhelminthes yang parasit hidup di dalam tubuh inangnya (endoparasit) pada siput air, sapi, babi, atau manusia.

Reproduksi

Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual.Pada reproduksi seksual akan menghasilkan gamet.Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi di dalam tubuh (internal).Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan pasangan lain.Reproduksi aseksual tidak dilakukan oleh semua Platyhelminthes.Kelompok Platyhelminthes tertentu dapat melakukan reproduksi aseksual dengan cara membelah diri (fragmentasi), kemudian regenerasi potongan tubuh tersebut menjadi individu baru.

klasifikasi filum platyhelmintes

Filum Platyhelminthes dibedakan menjadi 3 kelas yaitu Turbelaria ( Cacing berambut Getar ) , Trematoda ( Cacing Isap ) , dan Cestoda ( Cacing Pita ) .

1. TURBELARIA (Cacing Berambut Getar)

Satu-satunya kelas yang hidup bebas (non-parasit), contohnya adalah Planaria yang mempunyai sistem ekskresi dari sel-sel api (Flame Cell). Bersifat Hermafradit dan berdaya regenerasi cepat.

Turbellaria memiliki ukuran tubuh bersilia dengan ukuran 15 – 18 mm . Silia digunakan untuk bergerak . Pergerakan juga dapat menggunakan otot dengan gerakan seperti gelombang . Pada kalas ini akan dibahas mengenai ciri salah satu contoh Turbellaria, yaitu Dugesia.

Bagian anterior tubuh Dugesia berbentuk segitiga dan memiliki sistem indera berupa sepasang bintik mata serta celah yang disebut aurikel.Bintik mata untuk membedakan keadaan gelap dan terang, sedangkan aurikel berfungsi sebagai indera pembau saat Dugesia mencari makanannya.

Permukaan tubuh bagian ventral Dugesia memiliki silia yang berfungsi untuk pergerakan.Pada bagian tengah tubuhnya terdapat mulut.Melalui mulut, faring dapat dijulurkan keluar untuk menangkap mangsa yang selanjutnya dicerna di dalam usus.

Sistem eksresi Dugesia terdiri dari saluran bercabang-cabang yang disebut protonefridia, memanjang dari pori-pori pada permukaan tubuh bagian dorsal sampai ke sel-sel api dalam tubuhnya.Sel-sel api yang berbentuk seperti bola lampu dan memiliki silia di dalamnya.Pergerakan silia berfungsi untuk menggerakkan air dalam sel menyerupai nyala api sehingga sel tersebut dinamakan sel api.Dugesia merupakan hewan hemafrodit, namun reproduksi seksual tidak dapat dilakukan hanya oleh satu individu.Fertilisasi dilakukan secara silang oleh dua individu Dugesia . Zigot yang terbentuk berkembang tanpa melalui proses periode larva.Sedangkan reproduksi aseksual adalah dengan membelah dirinya dan setiap belahan tubuh akan menjadi individu baru yang dikarenakan oleh daya regenerasinya yang sangat tinggi.

2. TREMATODA (Cacing Isap)

Jenis-jenis kelas ini adalah :

1. Fasciola hepatica (cacing hati ternak), bersifat hetmafrodit.

Siklus hidupnya adalah : Telur → Larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea → Sporokista → berkembang menjadi Larva (II) : Redia → Larva (III) : Serkaria yang berekor, kemudian keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air (terutama selada air → Nasturqium officinale) kemudian termakan hewan ternak (dapat tertular ke orang, apabila memakan selada air)  masuk ke tubuh dan menjadi Cacing dewasa menyebabkan Fascioliasis.

2. Clonorchis sinensis / Opistorchis sinensis (cacing hati manusia)

Siklus hidupnya adalah: Telur → Larva Mirasidium → Sporokista → Larva (II) : Redia → Larva (III) : Serkaria → Larva(IV) : Metaserkaria, masuk ke dalam tubuh Ikan kemudian termakan oleh Orang Cacing dewasa, menyebabkan Clonorchiasis.

3. Schistosoma

Contohnya adalah Schistosoma japonicum, Schistosoma haematobium dan Schistosoma mansoni. hidup dipembuluh darah dan merupakan parasit darah. Memiliki hospes perantara Siput. Menyebabkan Schistosomiasis.

4. Paragonimus westermani (cacing paru)

Cacing yang menjadi parasit dalam paru-paru manusia. Sebagai hospes perantara ialah ketam (Eriocheirsinensis) dan tetumbuhan air. Menyebabkan Paragonimiasis.

5. Fasciolopsis buski

Cacing yang menjadi parasit dalam tubuh manusia. Hidup di dalam usus halus. Hospes perantaranya adalah tetumbuhan air. Menyebabkan Fasciolopsiasis.

3. CESTODA (Cacing Pita)

Tubuhnya terdiri dari rangkaian segmen-segmen yang masing-masing disebut Proglottid. Kepala disebut Skoleks dan memiliki alat isap (Sucker) yang memiliki kait (Rostelum) terbuat dari kitin. Pembentukan segmen (segmentasi) pada cacing pita disebut Strobilasi .

Contoh :

· Taenia solium ( Cacing pita manusia )

Menyebabkan Taeniasis solium. Pada skoleknya terdapat kait-kait. Proglotid yang matang menjadi alat reproduksinya. Memiliki hospes perantara → Babi .

Siklus hidup :

Proglottid Masak (terdapat dalam feses) bila tertelan oleh babi → Embrio Heksakan, menembus usus dan melepaskan kait-kaitnya Larva Sistiserkus (dalam otot lurik babi) tertelan manusia → Cacing dewasa.

· Taenia saginata ( Cacing pita manusia )

Menyebabkan Taeniasis saginata. Pada skoleknya tidak terdapat kait-kait. Memiliki hospes perantara  Sapi. Daur hidupnya sama dengan Taenia solium.

· Diphyllobothrium latum,

Menyebabkan Diphyllobothriasis. Parasit pada manusia dengan hospes perantara berupa katak sawah

(Rana cancrivora), ikan dan Cyclops.

· Echinococcus granulosus

Cacing pita pada anjing.

· Himenolepis nana

Cacing pita yang hidup dalam usus manusia dan tikus. Tidak memiliki hospes perantara.

Silahkan coment yang sopan ....